Tidak lengkap rasanya ke Papua tanpa melihat burung cenderawasih. Mendapat julukan Bird of Paradise (burung surga), persebaran burung cenderawasih hanya berada di tiga negara: Australia, Halmahera, dan Indonesia, tepatnya ya di Papua.
Kalau sedang bertamu ke Waisai, kamu bisa datang ke Saporkren untuk melihat cenderawasih. Terletak di Pulau Waigeo, Raja Ampat, Saporkren merupakan salah satu surganya burung endemik di Papua. Lalu apa itu burung endemik?

Menurut situs Himakova, untuk dapat dikatakan endemik, suatu spesies harus ditemukan pada satu lokasi geografis tertentu dan tidak ada di lokasi lainnya. Setidaknya ada sekitar 7 spesies burung endemik yang bersarang di Saprokren, diantaranya cenderawasih pohon atau cenderawasih merah, cenderawasih belah rotan, gagak hutan, Raja Ampat pitohi, dan burung pergam rempah (lebih dikenal dengan sebutan Spice Imperial Pigeon).
Si Burung Menari
Dari Waisai, saya dan teman-teman singgah ke Saporkren dengan menggunakan motor. Setidaknya perjalanan memakan waktu 40 menit-1 jam. Deretan pohon tinggi berdiri tegak di sepanjang jalan. Beneran deh, belum pernah saya lihat pepohonan setinggi itu kalau bertandang ke Kepulauan Sumatera atau Jawa.

Kami sampai di Saporkren sekitar pukul 1 siang, tentu saja tidak bisa melihat si cenderawasih. Burung ini hanya kita lihat idealnya pada pukul 05.00 sampai 07.00 pagi. Makanya kita harus siap bangun subuh untuk mendaki ke dalam hutan. Di atas jam itu, kamu tidak akan bisa melihat mereka nangkring di pohon-pohon Saporkren, karena waktunya burung cenderawasih terbang ke dataran rendah untuk mencari makan.
Tidak mudah menemukan burung surga di alam liar. Bagi para pendaki dan fotografer, bisa melihat langsung cenderawasih tentunya mendatangkan kepuasan tersendiri. Kalau beruntung, kamu bakal melihat para jantan menari!

Saat musim kawin, pejantan akan ‘menggoda’ betina dengan melompat dan menari di depan calon pasangannya, sekaligus mengeluarkan suara yang merdu untuk menarik perhatian betina. Menurut Kompas.com, atraksi menari ini bisa kamu lihat selain di bulan Desember dan Februari, karena bulan-bulan tersebut merupakan musim bertelur bagi burung betina.
Selain Saporkren, kamu bisa melihat burung cenderawasih di Desa Sawinggrai yang berlokasi di Distrik Meos Mansa, Raja Ampat. Sama seperti di Saporkren, karena bangun kesiangan, lagi-lagi kami gagal melihat cenderawasih di Sawinggrai HAHA.
Kampung Wisata Saporkren
Lantas kamu ngapain ke Saporkren, Dan, kalo enggak lihat cenderawasih?

Meski terkenal dengan kegiatan birdwatching-nya, Saporkren juga menawarkan keindahan laut dengan perairan warna biru yang enggak kalah jernih dengan kawasan Raja Ampat lainnya. Jadi, saya dan teman-teman sekalian saja lihat-lihat!
Saat tiba di Kampung Saporkren, kamu bakal disambut dengan gerbang kayu bertuliskan “WELCOME TO SAPORKREN FOREST PARK“. Di situ tertulis beragam informasi terkait objek daya tarik wisata di Saporkren. Mulai dari snorkeling, jungle trekking, homestay, sampai culture dan traditional food.

Ngomong-ngomong soal budaya, saya melihat pemandangan tidak biasa di Saporkren. Ada tempat pemakaman kalau kamu jalan ke belakang kampung. Yang tidak biasa, kuburan itu dipagari dengan rumah kayu. Di atas jenazah ditutupi dengan kain dan bunga buatan, lalu saya juga melihat ada tas dan baju di dalam pemakaman.
Asumsi saya, itu adalah benda-benda kesayangan mereka yang telah meninggal. Kalau kata jalajahnusae, tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada para arwah, untuk membuat mereka bahagia di dunia roh.

Jalan sedikit dari kuburan, kamu bisa melihat pemandangan laut Raja Ampat dari atas gundukan bukit karst. Untuk sampai ke puncaknya, kamu perlu trekking melewati jalan setapak yang agak menanjak. Tempatnya asyik banget, pas kalau kamu pengin duduk-duduk santai sambil menikmati angin laut dan deburan ombak.
Snorkeling juga bisa sih, langsung saja terjun dari tebing! Tapi, pastikan kamu jago berenang karena tidak ada daratan di dekat tebing (kamu harus memanjat tebing kembali untuk menapak). Kalau memang kamu penasaran bagaimana pemandangan bawah laut Saporkren, sebaiknya berenang dari tepi pantai saja.

Menginap di Saporkren
Kebanyakan turis yang tertarik dengan wisata birdwatching, memilih untuk menginap di Saporkren karena kegiatan ini mengharuskan mereka untuk bangun subuh. Di kampung ini sudah tersedia beberapa homestay yang bisa kamu sewa selama berhari-hari.
Salah satu penginapan yang lumayan familiar dengan para turis adalah Yenkangkanes Homestay. Saya sih belum sempat menginap di sini, tapi kalau lihat review-nya banyak yang memberikan ulasan positif. Salah satu yang membuat saya ingin sekali mencoba menginap di Yenkangkanes adalah lumba-lumba! Kabarnya setiap subuh kamu bisa mendengar mereka berkumpul di teras homestay. Aren’t they so cute?

Bukan cuma itu. Selama menginap di sini, kamu bisa berinteraksi dengan warga Saporkren. Coba kumpulkan informasi menarik tentang Raja Ampat, yang pastinya tidak akan kamu dapatkan dari internet. Terakhir, Saporkren cocok untuk para penikmat sunset. Panorama senja yang bisa menenangkan pikiran dari hiruk pikuk ibu kota.