Saat menginjakkan kaki pertama kali di Osaka, saya sempat kebingungan mempelajari sistem kereta api di Jepang. Ada begitu banyak jenis kereta, mulai dari HARUKA, Airport Rapid, Nankai, Metro, kereta JR, Shinkansen, dan bla bla bla.
Waktu itu di Osaka pukul 22.00 dan cuaca berangin. Sambil baca catatan itinerary yang sudah disiapkan, dengan mantap saya berjalan ke arah stasiun bawah tanah. Semuanya aman sampai akhirnya, saya keder pilih kereta mana yang akan berangkat menuju pusat Osaka. Karena hari sudah larut malam, saya terburu-buru dan tidak sempat berhenti untuk pelajari peta MRT.

Saya memutuskan bertanya kepada orang Jepang yang berada di stasiun. Orang pertama tidak bisa bahasa Inggris, tetapi ia bersikeras membantu saya. Awalnya ia mengecek jadwal di aplikasi smartphone dan mengarahkan saya untuk naik kereta selanjutnya. Saya kembali menunggu, kali ini bentuk kereta yang datang berbeda.
Kalau sebelumnya yang datang kereta berbentuk seperti Shinkansen, kali ini seperti kereta Metro biasa. Hanya saja tempat duduknya mengarah ke depan (tidak ke samping seperti commuter line di Jakarta). Saya yakin ini kereta yang benar, tapi entah mengapa saya plin-plan dan ragu untuk naik, khawatir nyasar jauh ke kota yang saya tidak kenal. Saya pun memilih untuk menunggu kereta ketiga, siapa tahu kali ini makin mantap untuk naik.
Baca Juga: ICOCA, E-Money yang Bisa Kamu Temukan di Kansai
Tibalah kereta ketiga. Nah, kereta yang ini tampak familiar alias mirip dengan commuter line kita. Saya juga mendengar informasi yang mengatakan kalau kereta tersebut menuju Osaka. Dengan langkah berani, saya memasukkan koper ke dalam.
Kereta berjalan. Awalnya saya mencoba rileks dengan menikmati pemandangan kota Jepang. Lama-kelamaan, saya merasa khawatir karena nama stasiun yang dilewati tidak sesuai dengan Google Maps. Saya membangunkan sepupu yang tertidur untuk segera turun di pemberhentian selanjutnya, yaitu Stasiun Hineno. Lokasinya sangat sepi, mungkin karena sudah malam. Saya pun mencari pintu EXIT agar bertemu siapa saja yang bisa memberitahu arah jalan. Seorang perempuan sedang duduk di lantai bawah, asyik mendengarkan musik.
Saya coba bertanya, tapi sepertinya dia juga tidak bisa bahasa Inggris. Ia hanya menggelengkan kepala dan berbicara bahasa Jepang. Tidak menemukan jawaban apa-apa, saya kembali ke peron.
Beruntungnya bertemu Shiho!
Beberapa menit kemudian seorang laki-laki berkacamata datang dan berhenti di dekat kami. Walau wajahnya masih sangat muda, sepertinya ia baru pulang kerja. Mungkin masih magang. Berharap orang ketiga yang satu ini tahu kemana arah tujuan saya, yaitu Stasiun Tennoji.

Tahu enggak, ternyata dia bersedia mengantar kami kesana. Sepertinya dia enggak tega lihat muka saya yang sudah kebingungan hahaha. Apalagi waktu itu sudah pukul 23.00. Supaya tidak awkward selama perjalanan, saya bertanya nama dia. Shiho katanya. Sama seperti yang lainnya, Shiho tidak begitu lancar berbahasa Inggris, tapi yang buat saya salut ia mau mencoba.
“Where are you from?” katanya sambil terbata-bata.
“Indonesia. Are you student or…not?”
“No, I work.”
Seperti di film-film, ada yang aneh dengan huruf R orang Jepang. Tiba-tiba Shiho terdiam kembali, bingung mau mengajak bicara apa.
“It’s cold here, ya?”
“Yes, yes. Winter in %$%#$ Osaka,” jawabnya setengah bahasa Jepang dan Inggris, “How %#$# in Indonesia?”
“We only have two kinds of weather, summer and rainy. You should visit Indonesia”.
Tidak terasa waktu berlalu dan kami tiba di Stasiun Tennoji. Kami mengucapkan banyak terima kasih ke pada Shiho, ia pun ke arah berbeda. Meski begitu, saya bisa lihat ia masih mengecek keberadaan kami. Takut kami kesasar lagi.
3 Cara Pergi ke Pusat Kota Osaka
Untuk menuju ke pusat kota Osaka, kamu bisa memilih naik kereta atau bis. Sudah dari jauh-jauh hari, saya mengecek kereta apa yang masih beroperasi pada pukul 21.00-00.00. Salahnya saya tidak memperhatikan bentuk kereta yang harus saya naiki.
Kalau kamu memilih naik kereta, pertama-tama yang harus kamu lakukan adalah mencari letak airport station yang berada di 2F. Ikuti tanda ‘Airport Station’ sampai kamu menemukan gate kereta JR (biru) dan Nankai (merah). Kalau sudah, lihat sekeliling ada mesin jual tiket otomatis berwarna abu-abu, biru, dan hijau. Abu-abu untuk tiket kereta lokal satuan, hijau untuk HARUKA dan shinkansen, biru untuk ICOCA.
JR Kansai Airport Rapid Service

Kamu bisa menggunakan kereta ini dengan tiket satuan atau ICOCA. Sebaiknya langsung gunakan ICOCA karena memudahkan kamu untuk bertransaksi. Tadinya saya berniat menggunakan kereta ini menuju Stasiun Tennoji karena jam operasinya sampai pukul 23.32 (lebih lengkapnya, klik disini). Rupanya yang saya naiki adalah kereta biasa, bukan rapid train. Alhasil bukannya ke Stasiun Tennoji, saya malah nyasar ke beberapa stasiun. Untungnya karena bertemu dengan Shiho, saya transfer dari Stasiun Hineno menuju Tennoji.
Harga yang dikenakan menggunakan JR biasa dan rapid sama, yaitu 1.060¥. Perbedaannya hanya pada bagian kecepatan. Bagi kalian yang memang ingin naik rapid , pastikan terdapat infonya pada running text bagian samping kereta. Kamu bisa sih naik kereta JR biasa (Kansaikuko Line) seperti saya, bedanya adalah harus transit di Hineno. Sedangkan rapid tidak.
JR Haruka

Bedanya dengan rapid, naik Haruka membutuhkan tiket khusus alias tidak bisa dibayar dengan ICOCA. Memang sih Haruka ini lebih nyaman, tapi harganya juga mahal, yaitu 2.330¥ menuju Tennoji dan Osaka. Tenang, kamu bisa dapat diskon kalau beli ICOCA dan Haruka secara barengan. Harganya menjadi 1.100¥ (ini baru Haruka-nya saja yah). Tempat duduk yang kamu dapat pun non-reserved jadi hanya dapat sisanya saja. Sebaiknya naik kereta ini kalau ingin langsung ke Kyoto.
Nankai Airport Express

Jenis keretanya mirip dengan Haruka, memiliki eksterior yang berbeda dengan kereta umum. Harga per tiketnya adalah 1.600¥. Kereta ini cocok kamu naiki kalau hotel terletak di Stasiun Namba. Kalau berniat naik Nankai, gate kereta yang kamu lewati berwarna merah ketika pertama kali tiba di stasiun bandara.
Biar enggak nyasar kayak saya, kamu bisa membedakan jenis keretanya dengan memperhatikan eksterior dan interior kereta. Semakin eksklusif tipenya, tentu semakin mewah bentuk keretanya. Enggak lupa, jangan takut untuk bertanya dengan warga sekitar. Sudah bisa dipastikan kalau orang Jepang itu baik-baik!