Senang banget dengar kabar PPKM di Pulau Jawa turun level, di minggu terakhir Agustus. Karena sudah vaksin dua kali dan sudah rindu banget sama yang hijau-hijau, jadilah saya dan teman-teman bepergian ke wisata pendakian Gunung Prau.
Terletak di Wonosobo, Jawa Tengah, gunung yang satu ini sangat cocok buat pendaki pemula karena tidak butuh waktu lama untuk sampai ke puncak. Total pendakian 3-4 jam (tapi kembali lagi apakah kamu banyak berhenti atau tidak).
Gunung Prau juga terkenal dengan pesona golden sunrise-nya. Beruntung banget kalau kamu dapat pemandangan jajaran gunung Sindoro dan Sumbing, yang dikenal dengan “gunung logo AQUA”.

Untuk mencapai ke puncak, terdapat 6 jalur pendakian: via Pranten, Wates, Kalilembu, Dieng Kulon, Pathak Banteng, dan jalur baru via Campurejo. Kami memilih jalur yang paling ramai yaitu Pathak Banteng.
Perjalanan Jakarta-Wonosobo
Kami menggunakan bis dari Kalideres untuk sampai ke Wonosobo. Perjalanan memakan waktu 12-13 jam. Bis sendiri berangkat dari Lebak Bulus, jadi buat kamu yang tinggal di Jakarta Selatan dan Bekasi tentu lebih dekat naik bis dari sana. Selain terminal Lebak Bulus dan Kalideres, bis juga berhenti di Terminal Grogol. Sesuaikan saja dengan tempat kamu ya!
Untuk tim-berangkat-dari-Kalideres, terdapat dua bis yang bisa kamu naiki: Dieng Indah dan Sinar Jaya, lalu berhenti di Terminal Mendolo, Wonosobo. Saya sudah coba keduanya – Dieng Indah untuk pergi dan Sinar Jaya untuk pulang. Lalu, apa perbedaannya?

Jadwal Berangkat
Perjalanan ke Prau ini bermulai dari Jumat, 10 September 2021-12 September 2021. Karena Jumat masih bekerja dan saya tidak ambil cuti, bis Dieng Indah yang paling cocok dengan jadwal saya.
Bis Dieng Indah berangkat dari Kalideres pukul 19.00, sedangkan Sinar Jaya hanya tersedia pukul 16.00. Sebaliknya untuk perjalanan pulang ke Jakarta, bis Dieng Indah berangkat pukul 17.00 dan Sinar Jaya pukul 16.00 dari Terminal Mendolo.
Fasilitas
Kalau ditanya mana yang paling nyaman, Sinar Jaya juaranya! Keuntungan pilih bis ini – selain ada toilet (dan itu bersih!) – kamu juga dapat makanan ala restoran di pemberhentian bis. Tempat duduk juga luas dan terdapat leg rest supaya kamu bisa tidur nyenyak selama perjalanan. Enggak lupa ada USB untuk charge smartphone.

Lalu, bagaimana dengan Dieng Indah? Di bis ini enggak ada toilet, jadi kamu baru bisa ke toilet saat bis berhenti. Tempat duduk layaknya bis AC biasa. Tempat makannya enak kok, cuma tidak seluas restoran Sinar Jaya.
Harga
Harga memang menentukan kualitas. Untuk Sinar Jaya dibanderol IDR150.000, sedangkan Dieng Indah IDR119.000. Kamu bisa memesan tiket langsung di terminal atau seperti saya – pesan di Traveloka supaya enggak kehabisan tempat duduk dan bebas pilih duduk dimanapun kamu suka.
Persiapan Mendaki ke Gunung Prau
Sampai di Terminal Mendolo, Wonosobo pukul 08.00 pagi. Kami kembali merapikan barang-barang sebelum naik mini bus yang mengarah ke Pathak Banteng. Harga sekali naik antara IDR15.000-IDR25.000, tergantung bagaimana cara kamu menawar.

Bis ini berhenti di basecamp Wates dan Pathak Banteng. Sebelum ke basecamp, kami membeli nasi dan air di rumah makan, walaupun masih ada warung sampai di pos 2 nanti.
Saran saya cuma satu: JANGAN LUPA BAWA UANG TUNAI YANG BANYAK. Di Alfamart bisa tarik tunai, tapi uang kas mereka sedikit. Indomaret lebih parah, tidak ada internet sama sekali. Untung uang kami cukup untuk bayar semuanya.
Di basecamp banyak pendaki yang beristirahat, entah baru turun atau baru mau naik. Di sini kamu perlu membayar tiket seharga IDR 25.000 per orang (IDR15.000 untuk tiket masuk dan IDR10.000 untuk fasilitas umum). Buat yang malas bawa perlengkapan mendaki dari Jakarta bisa banget sewa di sini.

Lalu, selama pandemi ada perubahan apa saja di Gunung Prau?
- Wajib punya sertifikat vaksin dan harus dicetak. Pastikan kamu sudah vaksin dosis kedua ya! Kalau enggak, kamu dilarang naik. Sebenarnya di basecamp ada printer, cuma kamu bisa antre panjang dan butuh uang tunai.
- Wajib pakai masker atau buff, tapi saran saya pakai masker medis saja supaya enggak engap pas nanjak.
- Sebelum ke Gunung Prau, ada baiknya kontak ranger dulu untuk booking slot karena kuota dibatasi. Untuk info lebih lengkap silakan kunjungi Instagram @ranger_prau.
“Semangat Kakak” dan “Mari Mbak…”

Selesai registrasi, pendakian pun dimulai! Terdapat empat pos di Gunung Prau: Pos Sikut Dewo, Canggal Walangan, Cacingan, dan Plawangan. Pos ketiga dan keempat menurut saya yang paling menantang, karena sudah tidak ada warung untuk istirahat dan jalanan yang semakin menanjak.
Meski datang di pertengahan September, untungnya tidak terjadi hujan selama pendakian. Di tengah perjalanan, kami banyak bertemu dengan teman baru. Satu grup dari Bekasi yang kaget kami grup yang isinya cewek semua, satu grup dari Poris yang seru abis pas ngobrol dan membantu kami membawa carrier waktu kelelahan, dan sisanya bertemu saat papasan.

Satu yang pasti perlu kamu pelajari, jangan lupa menyapa siapapun yang lewat. Biasanya yang naik akan disambut dengan “Semangat kakak…”. Selanjutnya kita yang naik menyapa mereka yang turun dengan, “Mari kak..”. Sederhana tapi membuatmu semangat!
Sampai di puncak, kabut lumayan tebal. Saya sempat kesulitan mencari lahan tenda karena tidak kelihatan. Untungnya pas banget kami dapat area kosong di depan Gunung Sumbing dan Sindoro!

Di malam hari, cuaca tiba-tiba memburuk dan kami kedapatan hujan petir. Tenda kami rembes karena bawa flysheet kekecilan HAHA. Kami pun pakai aluminium foil dan selotip untuk menutupi bagian yang kemasukan air (a simple tip for you!).
Not-So-Golden-Sunrise

Kami begitu beruntung. Malam hujan tapi kami masih kedapatan sunrise – ya memang bukan golden sunrise seperti yang diharapkan. Pukul 05.00 pagi semua pendaki mulai bangun. Saya pun ikut keluar tenda dan BOOM… angin gunung membuat saya kedinginan. Sepertinya saat itu suhu udara mencapai 2-4 derajat celcius. Dua kaus pun tidak cukup.
Karena kedinginan, salah satu teman saya memutuskan untuk diam di tenda, mau masak air panas katanya. Sehabis keliling melihat pemandangan Gunung Prau di pagi hari, kami kembali ke tenda sambil menikmati secangkir teh manis hangat. Mantap sekali!

Pukul 10.00, kami beres-beres tenda dan barang-barang lainnya. JANGAN LUPA BUNGKUS SEMUA SAMPAH YANG KAMU BAWA KE ATAS, karena di basecamp ranger akan kembali mengecek daftar barang yang kamu bawa saat registrasi pertama kali. Juga, pastinya agar wisata pendakian tetap asri dan nyaman.
Perjalanan turun terasa lebih cepat tapi saya lupa gunting kuku kaki sehingga sedikit mengganggu hahaha. Kami tiba di bawah dua jam kemudian. Setelah bertemu ranger, kami berhenti sebentar di warung makan yang juga kebetulan menyediakan kamar mandi untuk bersih-bersih.

Buat kamu yang ingin beli oleh-oleh, Carica adalah pilihan yang tepat! Carica adalah buah asli dataran tinggi Dieng dan biasa diolah menjadi manisan. Kamu bisa menemukannya di warung sepanjang jalan. Terminal Mendolo akhirnya menjadi akhir destinasi kami di Wonosobo. Perjalanan ke Jakarta memakan waktu setidaknya 12 jam dan kami sampai di rumah pukul 06.00 pagi.

At the end, Gunung Prau dan dinginnya dataran tinggi Dieng berhasil memukau saya dan teman-teman.